Info seputar perkembangan alutsista dan militer terkini............................

Jumat, 15 April 2011

Pemerintah Akui Kirim 2 Kapal Ke Somalia

VIVAnews - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Djoko Suyanto mengatakan pemerintah sudah mengirim dua kapal ke perairan Somalia. Kapal ini semula akan dipakai untuk membebaskan 20 WNI dari Kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia.

Djoko menjelaskan dua kapal itu beranggotakan 40 personel dan telah berada di daerah sasaran. "Apabila kami gegabah dalam bertindak, itu berisiko pada keselamatan awak kapal," kata Djoko di kantornya, Jumat 15 April 2011.


Saat dua kapal berangkat, Sinar Kudus masih berada di tengah laut. Saat itu, pemerintah hendak melaksanakan serbuan militer mengingat posisi Sinar Kudus yang masih ada di tengah laut.


"Opsi penyerbuan militer bisa dilaksanakan dengan keberhasilan tinggi jika berada laut. Tapi, kalau (kapal) berada di pantai, berisiko tinggi," jelasnya.


Namun, saat dua kapal tiba di sasaran, Sinar Kudus ternyata sudah merapat ke pantai bersama puluhan kapal sandera lainnya. Pemerintah pun urung melancarkan serbuan militer yang semula direncanakan dari Tanah Air.


"Karena kapal sudah merapat, maka kami pikir jalur komunikasi melalui pemilik kapal."


Dua kapal penyelamat tersebut kini masih menunggu perkembangan selanjutnya sambil mengisi bahan bakar dan logistik. "Karena sudah berada di pinggir pantai, kami kesulitan karena berisiko tinggi."


Sebelum bersandar di pantai, Djoko menjelaskan kapal milik PT Samudera Indonesia itu pernah dipakai perompak untuk membajak kapal lain. Namun karena tidak menemukan target, para pembajak itu membawa kapal bersandar ke pantai.


Terkait operasi milter, Menkopolhukan mengaku sudah berkomunikasi dengan keluarga anak buah kapal. "Mereka (keluarga) meminta agar berhati-hati, karena rawan apabila opsi tersebut dilakukan," imbuhnya. (umi)


sumber:
http://nasional.vivanews.com/news/re...irim-dua-kapal

Kamis, 14 April 2011

Us navy seal kunjungi satkopaska

Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim mendapat kunjungan istimewa dari pasukan elit Amerika Serikat (US Navy Seal), Senin (10/1).

Para pasukan elit Amerika itu, diterima oleh Kapten Laut Ponco, kedua pasukan elit itu terlihat sangat akrab dan saling bertukar pengetahuan seputar tugas-tugas mereka mengingat kedua pasukan elit itu sama-sama memiliki spesifikasi khusus sebagai pasukan yang ahli dalam sabotase bawah dan permukaan air.


Kunjungan pasukan elit Amerika Serikat ini dipimpin oleh Letkol White dan 5 orang yang menyertainya, usai saling tukar pengetahuan tentang persenjataan para pasukan elit ini juga berkeliling meninjau keberadaan dermaga sebagai fasilitas labuh yang ada di Koarmatim.


http://www.tni.mil.id/index2.php?pag...11200920118904

Komandan Grup I Kopassus: Kami Belum Memiliki Rocket Launcher

Hal itu mengemuka saat rombongan Tim Kunjungan Kerja Komisi I DPR RI melakukan pertemuan dengan Komandan Korem 064/Maulana Yusuf Banten, Kol. Inf. Djoko Warsito beserta seluruh komandan satuan TNI yang bertugas di provinsi Banten. Pertemuan berlangsung di Aula Baluarti Makorem 064/MY Serang (11/4). Ketua Tim Komisi I DPR RI Enggartiasto Lukita (F-PG) mengatakan, kedatangan Tim Komisi I ke provinsi Banten dalam rangka mencari masukan apa adanya, bukan untuk mencari-cari persoalan. “Kami datang untuk mengetahui kebutuhan riil yang diperlukan prajurit di lapangan, meliputi alat utama sistem persenjataan (alutsista), kesejahteraan prajurit, dan masalah perumahan,” ucapnya saat membuka pertemuan.



Anggota Komisi I yang juga Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI, Mirwan Amir. (F-PD) mengatakan, Kualitas alutsista produksi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) seperti PT. Pindad, PT. PAL, dan PT. LEN, kualitasnya tidak kalah dengan produk luar negeri. “Komisi I mendesak agar TNI mau menggunakan senjata dan amunisi produksi BUMNIS, hal ini untuk mendorong kemandirian bangsa dan mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri,” ujarnya menegaskan. Mirwan menjelaskan DPR dan pemerintah sudah menyepakati Renstra Alutsista tahun 2014 dengan anggaran sebesar 54 triliyun rupiah di luar anggaran rutin TNI. “Tahun 2011 ini saja kita anggarkan 11 triliyun rupiah untuk alutsista,” tambahnya.



Hal senada diungkapkan anggota Komisi I, Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnain (F-PG), Anggota DPR dari daerah pemilihan Banten ini mengatakan, alutsista produksi Pindad dan BUMNIS lainnya harus diprioritaskan daripada barang produk luar negeri. “lebih baik kita gunakan produk dalam negeri yang suku cadangnya terjamin, ketimbang produk impor yang jika ada masalah dengan cuku cadang dan amunisi, senjata itu tidak bisa digunakan lagi,” ujarnya menjelaskan.



Danrem 064/Maulana Yusuf, Kol. Inf. Djoko Warsito dalam pemaparannya mengatakan, ancaman yang paling besar adalah berkembang biaknya terorisme mengingat letak geografis dan tofografis provinsi Banten yang bergunung-gunung dan memiliki garis pantai mencapai 500 km memanjang dari pantai selatan Jawa yang berbatasan dengan Kab. Sukabumi, sampai pantai Utara yang berbatasan dengan DKI Jakarta. Djoko menjelaskan, dari ke-4 Kodim (Serang, Pandeglang, Cilegon, Lebak) terkonsentrasi di wilayah utara, karena titik berat pertumbuhan ada di wilayah utara. ”Wilayah Selatan Banten sering menjadi sasaran basis kekuatan terorisme, karena cukup jauh dari pusat,” tambahnya menjelaskan.



Djoko mengungkapkan kondisi alutsista yang dimiliki prajurit di wilayah Korem 064/MY memang masih belum memadai, bahkan sebagian sudah ada yang berumur 20 tahun lebih, contohnya peralatan Radar yang dimiliki Sat Radar 211 Tanjungkait sudah berusia 26 tahun, seperti yang diungkapkan Dan Sat Radar 211, Letkol (laut) TNI Hadi Siswoyodalam pemaparannya. Komandan Grup I Kopassus, Kol. TNI Rudianto menambahkan, hingga saat ini Kopassus belum memiliki peluncur roket atau rocket launcher. “Senjata tipe GLM M203 (1982-USA) tidak didukung amunisi untuk latihan, peralatan Demolisi pengadaan 1990 sudah perlu regenerasi, dan Mine Detector hanya terdukung 30%,” ungkapnya menjelaskan.



Ketua Tim Komisi I DPR Enggartiasto kembali menegaskan sikap Komisi I DPR tentang pengadaan alutsista ini. ”Kita sangat mendukung pengadaan alutsista ini karena kita ingin mempunyai TNI yang kuat dan dibaggakan, karena pertaruhan adalah keutuhan NKRI,” tegasnya. Untuk itu Enggar mengatakan, Komisi I perlu data kebutuhan minimal dan mendesak seperti alutsista, alkom, kesehatan, kendaraan, dan amunisi yang akan diusahakan untuk bisa dipenuhi dalam APBN P 2011.



Peristiwa Cikeusik

Terkait peristiwa kerusuhan anarkhis yang terjadi di Cikeusik Pandeglang beberapa waktu lalu, Anggota Komisi I DPR Tjahjo Kumolo (F-PDIP) dan Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati (F-Hanura) mengkritisi peran TNI yang terlihat gamang dalam menghadapi peristiwa tersebut, padahal TNI memiliki jaringan dan intelijen sampai ke tingkat desa. Tjahjo mengatakan, ke depan perlu dipertajam koordinasi antar aparat keamanan dan pemerintah daerah untuk mengantisipasi peristiwa serupa. “UU 34/2004 tentang TNI sudah cukup detail menjelaskan posisi dan fungsi TNI dalam hal ini,” ujar Ketua Fraksi PDI Perjuangan ini menjelaskan.



Menjawab kritik anggota dewan, Danrem 064/MY, Kol. Inf. Djoko Warsito menjelaskan, pada insiden Cikeusik, TNI berperan sebagai pembantu Polri, TNI akan bergerak jika ada permintaan dari Polri/Pemda. “UU TNI mengatakan TNI tidak boleh maju duluan,” tegasnya. Djoko mengungkapkan saat ini tingkat koordinasi dengan masyarakat di lapangan terjalin sangat baik. “Keamanan, tingkat kesejehteraan masyarakat, dan pendidikan memang saling terkait,” ucapnya. Untuk itu dirinya meminta dukungan semua pihak yang terkait.



Tim Kunjungan Kerja Komisi I DPR ke provinsi Banten yang dipimpin Enggartiasto Lukita ini beranggotakan, R. Adjeng Ratna Suminar (F-PD), Ramadhan Pohan (F-PD), Max Sopacua (F-PD), Mirwan Amir (F-PG), Neil Iskandar Daulay (F-PG), Fayakhun Andriadi (F-PG), Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnain (F-PG), Tjahjo Kumolo (F-PDIP), Evita Nursanty (F-PDIP), Yoyoh Yusroh (PKS), Teguh Juwarno (F-PAN), Primus Yustisio (F-PAN), Lily wahid (F-PKB), dan Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati (F-FHanura). (Tgh.Tvp)

TNI AL Siap Perang Dengan Malaysia

BELAWAN-TNI Angkatan Laut Lantamal I Belawan menegaskan bahwa mereka siap untuk perang membela Negara Indonesia apabila permasalahan batas wilayah tidak selesai. Hal tersebut dikarenakan, empat Helikopter Malaysia yang melakukan provokasi terhadap kapal HIU 001 yang berhasil menangkap kapal ikan Malaysia. Rabu (13/4)
Hal tersebut dikatakan oleh Kadispen Lantamal I, Mayor Jeffri Irwandi. Dia mengatakan bahwa untuk kekuatan sendiri kita sangat mengungguli. Hal terseebut dilihat dari jumlah personil kita yang banyak.

“Lantamal I Belawan punya 1.500 Personel. Indonesia punya 70.000 personel yang selalu siap perang,” ujarnya.
Soal persenjataan, TNI AL tidak kalah dengan Malaysia. “Kita kalah ditahun pembuataan saja, karena mereka sudah memiliki senjata yang lebih baik,”katanya.

Dia menambahkan, pihaknya masih terus melakukan pemeriksaan terhadap nahkoda dan ABK dua kapal nelayan Malaysia yang ditangkap saat mencuri ikan di perairan Indonesia, pekan lalu. “Mereka saja sudah mengku kalau mereka memasuki wilayah perairan Indonesia,” tambahnya.

Sementara itu, Nahkoda dan ABK kapal Malaysia sendiri sekarang ditempatkan di ruangan Kadiskum. “Mereka kami letakkan di ruang kadiskum, untuk di pemeriksaan lebih lanjut,”jelasnya.

Dia mengakui kesulitan untuk melakukan pemeriksaan karena mereka tidak mengerti bahasa Indonesia. “Mereka tidak bisa bahasa Indonesia, jadi kami sedikit kesulitan,’tegasnya.

Setelah penangkapan kapal tersebut, nahkoda dan abk menjadi tanggungjawab pihak Angkatan laut. “Mereka makannya nbanyak-banyak, empat hari bias menghabiskan 15 Kg beras,”tambahnya.

Sementara itu, Nahkoda HIU 001, Mochammad Nursalim mengatakan tantangan dalam melakukan patroli sebenarnya biasa saja tidak ada yang kami takutkan namun kami selalu jauh dari keluarga.

“Biasa saja, namanya sudah tugas kami namun terkadang kami rindu keluarga,”ujarnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa untuk DInas Perikanan dan Kelautan memiliki 25 kapal patroli. “kapal HIU 001 ini sudah hamper mengelilingi Indonesia,”tambahnya.

Didalam kapal HIU 001 ini, jumlah personil yang melakukan patroli sebanyak 22 orang. Dan kami membawa lima senjata untuk berjaga-jaga.

Dia menjelaskan bahwa pihaknya sudah memberikan berkas penangkapan dua kapal nelayan Malaysia tersebut kepada Lantamal I Belawan. Saat ini Lantamal I Belawan sedang melakukan pemeriksaan terhadap nahkoda dan abk. “Kami sudah serahkan ke Lantamal berkasnya,”tandasnya.(mag-11)

Nasib Kapal Indonesia

Tim Khusus Denjaka Mulai Berlatih Intensif


JAKARTA - Markas Besar TNI Angkatan Laut menyatakan siap melakukan pembebasan awak kapal MV Sinar Kudus yang disandera perompak Somalia. "Jika pimpinan tertinggi memerintahkan, kami akan menyiapkan diri secepatnya," kata juru bicara TNI-AL, Laksamana Pertama Prasodjo, ketika dihubungi Rabu (13/4) kemarin.

Menurut Prasodjo, TNI-AL memiliki pasukan terlatih yang bisa bergerak cepat begitu ada perintah operasi. Ihwal unit pasukan mana yang akan dikirim, “Itu tergantung pada skala ancamannya,” ujar Prasodjo.

Kesiapan untuk membebaskan sandera juga disampaikan Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat. “Jika dibutuhkan kami siap membantu,” kata Kepala Dinas Penerangan Kopassus, Letnan Kolonel Thevi A Zebua, kemarin.

Direktur Pusat Studi Intelijen dan Keamanan Nasional, Dinno Cresbon, mengatakan pemerintah sebenarnya telah menyiapkan tim operasi khusus dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI-AL. “Mereka sudah latihan pembebasan sandera dalam satu-dua hari ini,” kata Dinno kemarin.
Anggota tim khusus itu, menurut Dinno, juga pernah latihan menanggulangi teror bersama pasukan marinir Amerika Serikat.

Militer Malaysia Siap Membantu

Angkatan Bersenjata Malaysia bersedia untuk membantu membebaskan MV Sinar Kudus yang disandera bajak laut Somalia sejak tanggal 16 Maret.

Meski demikian, kata Kepala Angkatan Bersenjata Jenderal Tan Sri Azizan Ariffin, pemerintah Indonesia belum meminta bantuan kepada Malaysia.

"Jika kita kebetulan berada di sana, maka kita dapat memberikan bantuan karena Malaysia adalah bagian dari pasukan internasional," ujarnya seperti dilansir Bernama, Rabu (13/4).

"Kami bekerja sama dalam pertukaran informasi dan pelaksanaan operasi di Teluk Aden," imbuhnya.

Angkatan Bersenjata Malaysia memiliki pengalaman menangani pembajakan ketika kapal tanker MISC MT Bunga Laurel dengan 23 awak ditangkap oleh bajak laut Somalia pada 21 Januari. Pasukan Perlindungan Khusus Malaysia di Kapal Bunga Mas 5 langsung bertindak dan menangkap tujuh bajak laut Somalia.

Menhan : Indonesia Positif Beli Satu Skuadron Pesawat T-50

JAKARTA - Pemerintah Indonesia positif membeli pesawat jet latih T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan sebanyak satu skuadron untuk menggantikan jet latih Hawk Mk-53 TNI AU yang sudah usang.

"Jumlahnya, jika disesuaikan dengan batas anggaran adalah satu skuadron," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro kepada pers di Istana Wakil Presiden Jakarta, Rabu (13/4).

Hal tersebut disampaikan usai dirinya mengikuti rapat Keketuaan Indonesia dalam Forum ASEAN di Kantor Wapres yang dipimpin oleh Wakil Presiden Boediono dan diikuti antara lain Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Kesra Agung Laksono, Menlu Marty Natalegawa, Menkeu Agus Martowardojo, Mendag Mari Elka Pangestu, Menkominfo Tifatul Sembiring, serta Menbudpar Jero Wacik.

Dikatakan Purnomo, sampai saat ini kontrak pembelian pesawat T-50 belum ditandatangani, namun proses penawaran telah dilakukan sejak tahun 2010. "Kontraknya belum dibuat. Tetapi memang itu salah satu pertimbangan kita untuk memperkuat skuadron latih kita," kata Purnomo.

Sebelumnya Presiden Korea Aerospace Industries (KAI) Kim Hong Kyun mengumumkan bahwa dirinya telah mendapatkan status persetujuan dari Menteri Pertahanan Indonesia sekalipun negosiasi harga dan rincian pembelian masih berjalan.

Pesawat T-50 juga diharapkan bisa dipakai untuk serangan udara ringan, selain untuk latihan. Korsel juga berencana membuat versi tempur pesawat ini dengan nama FA-50.

Rencana pembelian pesawat ini sebelumnya sempat tercoreng aksi agen rahasia Korsel (INS) yang berbuntut pada pemecatan kepala inteligennya, Maret lalu. Meski demikian, hal ini tidak mempengaruhi kerja sama pertahanan antara Korsel dan Indonesia. Pada 2008 lalu, Korsel juga membeli 4 pesawat patroli maritim dari Indonesia senilai US$ 90 juta atau Rp 774 miliar.

Sumber : ANTARA